Jejak Perjuangan Bangsa di Museum Benteng Vredeburg

Jejak Perjuangan Bangsa di Museum Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg Dok Golali.com

 

YOGYAKARTA (golali.com) - Yogyakarta kaya akan wisata sejarah, salah satunya Museum Benteng Vredeburg yang berada di kawasan Malioboro tepatnya di Jalan Margo Mulyo No 6 Kota Yogyakarta. Di museum yang buka dari Selasa sampai Minggu, sementara Senin dan hari libur nasional tutup, pengunjung dapat melihat langsung koleksi perjalanan kehidupan bangsa Indonesia dari masa Perang Diponegoro sampai masa orde baru.

Mulai dari bentuk diorama, peralatan perjuangan sampai keseharian dalam bentuk aslinya, foto, lukisan, dan replika. Selain itu di era digital ini, museum pun dilengkapi dengan studio mini, media interaktif, dan ruang audio visual yang memutarkan film dokumenter tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. 

Tak hanya koleksi museum yang memiliki nilai sejarah, bangunan museum yang termasuk bangunan cagar budaya ini pun memiliki cerita sejarah yang panjang. Dikutip dari www.vredeburg.web.id, pembangunan Benteng Vredeburg dilakukan pada 1760 dengan bahan yang sederhana oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan pemerintahan Hindia Belanda, yang berdalih untuk keamanaan bangunan keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, padahal untuk kepentingan kolonial untuk mengawasi keraton. 

Selanjutnya pada 1767 bangunan ini dipugar dan dibangun permanen yang selesai dibangun pada 1787. Benteng ini pun baru diberi nama dalam bahasa Belanda 'Rustenberg' yang artinya benteng peristirahatan.

Saat Yogyakarta di landa gempa bumi pada 1867, sebagian dari benteng ini rusak dan diperbaiki kembali, nama benteng ini diubah 'Vredeburg'  dalam bahasa Belanda yang artinya benteng perdamaian. Benteng ini dianggap sebagai simbol hubungan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Hindia Belanda yang tidak saling menyerang. Sampai 1942 bangunan benteng yang dikelilingi parit ini diduduki pemerintah Hindia Belanda. 

Di masa pendudukan Jepang (1942-1945), bangunan bergaya Eropa ini digunakan untuk markas tentara kempeitai, gudang mesiu, dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan Indo-Belanda serta kaum politisi yang menentang Jepang. Pasca kemerdekaan, benteng digunakan militer Republik Indonesia, meskipun saat Agresi Militer Belanda II pada 1948 pernah diambil alih Belanda dan dapat dikuasai kembali militer Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. 

Penetapan Benteng Vredeburg sebagai bangunan cagar budaya baru dilakukan  pada 15 Juli 1981 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0224/U/1981 tentang Penetapan Bekas Benteng Vredeburg sebagai Benda Cagar Budaya. Sementara penggunaan sebagai museum dilajukan sejak 11 Maret 1987 dengan nama Museum Bekas Benteng Vredeburg. Lalu pada 1992 namanya berubah menjadi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta 
berdasarkan SK Mendikbud RI  Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992, sebagai Museum Khusus Perjuangan Nasional. 

Untuk memasuki museum yang letaknya dekat dengan titik nol kilometer Kota Yogyakarta ini, pengunjung cukup membayar tiket dengan harga tertentu di pintu masuk.