Arsitektur Tiongkok di Masjid Al- Imtizaj Kota Bandung

Arsitektur Tiongkok di Masjid Al- Imtizaj Kota Bandung
Masjid Al-Imtizaj

 

 

BANDUNG (golali.com) - Sekilas saya mengira bangunan yang berada di Jalan ABC No.8 Kota Bandung ini kelenteng, karena arsitekturnya kental dengan gaya Tiongkok.

 

Di mana bangunan yang berada di salah satu pusat bisnis dari Kota Kembang ini, memiliki gapura dengan ciri khas Negara Panda tersebut.

Berupa  lengkungan pada tepi atap bagian depan, pintu berbentuk setengah oval, serta dominasi cat berwarna merah, kuning, dan emas.

 

Termasuk pada pagar berbahan besi, yang membatasi bangunan tersebut dengan trotoar. 

Namun setelah saya sampai tepat di depan gapura, tertulis Masjid Al-Imtizaj dalam tiga jenis huruf yaitu Hijaiyah, Latin, dan Hanzi.

 

Selain itu, di atas atap gapura terdapat ciri khas dari bangunan Timur Tengah berupa kubah yang pada bagian puncaknya terdapat lafaz Allah Swt. 

 

Baca juga :

 

Saya pun semakin penasaran untuk mengetahui seluruh bagian dari masjid, yang didesain arsitek Danny Swardhani ini.

 

Saya pun memasuki gapura masjid yang buka dari pukul 11.40 - 19.40 WIB, suasana asri dan tenang tercipta di halaman masjid yang tidak begitu luas namun dirimbuni beberapa jenis tanaman yang ditata dengan apik.

Di sini jamaah bisa rehat, dengan duduk-duduk di kursi tembok dilengkapi dengan meja kayu dan payung besar berwarna merah, yang bisa melindungi jamaah dari paparan sinar matahari dan guyuran hujan. 

Masjid  ini sangat menjaga kawasan jamaah pria dan perempuan, sehingga tempat istirahat pun sengaja terpisah.

 

Khusus untuk jamaah perempuan berada di samping kanan atas setelah pintu masuk gapura, sedangkan jamaah pria berada di samping kiri. 

Selain itu untuk memberikan kenyamanan kepada jamaah, di sekitaran gapura tersedia beberapa kursi yang bisa digunakan duduk saat melepaskan dan memakai alas kaki.

Baca juga :

 

Sementara untuk menjaga kebersihan kawasan masjid dan keamanan sepatu dan sandal, pengurus masjid menyediakan tempat penyimpanan alas kaki yang bisa dikunci. 

Ternyata tak hanya gapura yang kental dengan gaya arsitektur oriental, eksterior bangunan masjid yang diresmikan pada 6 Agustus 2010 ini, penuh dengan nuansa Negara Tirai Bambu.

Selain dinding berwarna kuning dan merah, di dekat langit-langit bagian luar masjid ini dipasangi  lampion yang dibubuhi huruf Hanzi. 

Masjid yang dapat menampung 200 jamaah dan berbentuk mirip pagoda, yakni berupa menara dengan atap bertumpuk  ini terdiri dari dua lantai.

Di mana lantai pertama dikhususkan untuk beribadah jamaah pria sementara lantai kedua bagi jamaah perempuan.

Untuk mencapai lantai satu dari gapura kita harus berjalan menuruni beberapa anak tangga, bisa masuk melalui pintu utama maupun pintu samping.

Di dekat tempat wudu pria yang berbentuk pot bunga, berwarna emas lengkap dengan bunga.

Daun pintu berbahan kayu dan sedikit sentuhan kaca berbentuk bulat pada bagian tengahnya, berornamen geometri khas Tiongkok.

Sementara pada bagian atas pintu bertuliskan Al- Imtizaj, memakai huruf Hijaiyah. 

 

Di lantai pertama, interior khas Tiongkok semakin jelas terlihat. Selain warna khas Tiongkok yaitu merah, emas, dan kuning.

Material  yang biasa ditemukan pada bangunan Tiongkok pun diterapkan di masjid ini, yaitu triplek  berwarna alami kayu untuk tiga perempat bagian dari dinding sedangkan sisanya memakai kaca.

Dinding triplek berhiaskan huruf Hanzi  dan ornamen khas Tiongkok, sementara  pada dinding kaca berornamen kaligrafi Arab yang memuat Asmaul Husna.

 

Adapula beberapa lampion yang diletakkan di bagian atas sudut masjid. Di tengah-tengah ruangan, terdapat beberapa pilar berbentuk bulat bercat merah. 

Untuk mihrab, tempat imam memimpin salat pun tidak lepas dari sentuhan Tiongkok.

Mihrab berbentuk setengah lingkaran yang pada bagian atas samping kiri dan kananya, bertuliskan lafaz Allah Swt. dan Muhammad Saw.

 

Masjid Pembauran

Sementara, bagian depan terdapat lafaz Allah Swt. dengan ukuran paling besar di antara yang lainnya dan di sekitarnya berhiaskan ornamen geometri.

 

Selain itu, adapula jam penunjuk waktu salat yang dilengkapi dengan nama masjid dalam tiga bahasa, yakni bahasa Arab Al-Imtijaz, bahasa Mandarin Ronghe, dan bahasa Indonesia berarti Pembauran. 

Ya, nama tersebut merujuk kepada tujuan utama pembangunan masjid untuk membaurkan seluruh umat Islam, baik dari berbagai komunitas  muslim Tionghoa maupun muslim dari etnis lainnya.

Fakta tersebut, memang benar adanya memasuki waktu salat, jamaah dari beragam etnis baik warga setempat maupun wisatawan berduyun-duyun memasuki masjid yang digagas Gubernur Jawa Barat periode 1993-1998 dan 1998- 2003, R Nuriana dengan berbagai komunitas muslim Tionghoa. 

Untuk menuju ruangan jamaah perempuan, dari gapura kita harus menaiki beberapa anak tangga menuju  tempat istirahat jamaah perempuan.

Lalu menaiki beberapa anak tangga, yang di samping kanannya berhiaskan kaligrafi Arab dan atasnya dihiasi lampion. 

Berbeda dengan dinding di lantai satu yang didominasi triplek, ruangan ini berdinding tembok namun tetap menggunakan kaca pada tepi bagian atas yang bertuliskan Asmaul Husna.

 

Untuk warna selain merah, kuning, dan emas, di tambah juga dengan warna lainnya khas Tiongkok yaitu hijau.  

Ruangan ini pun dihiasi dengan empat lampion, yang diletakkan di empat sudut ruangan.

 

Lantai depan dibiarkan terbuka, untuk menjaga keamanan bagian ini dipagari besi bercat merah. Dinding depan berhiaskan lafaz Allah Swt. , Muhammad Saw. , dan  dua kalimat syahadat.

 

Sedangkan dinding bagian samping berhiaskan berbagai bentuk kaligrafi Arab seperti orang yang sedang salat. Bagian tempat wudu jamaah perempuan pun, tak luput dari ikon Tiongkok, yaitu lukisan bambu  yang diterapkan pada pintu geser. (*/Golali.com)