Masjid Siti Djirzanah: Keajaiban Arsitektur Multikultural

Masjid Siti Djirzanah: Keajaiban Arsitektur Multikultural
Masjid Siti Djirzanah, Malioboro

Masjid Siti Djirzanah: Keajaiban Arsitektur Multikultural. Kala mengunjungi Kota Yogyakarta tepatnya di kawasan Malioboro, ada satu tempat religi yang patut untuk dikunjungi, yaitu Masjid Siti Djirzanah. Terletak di Jalan Margomulyo No 25, Kelurahan Ngupasan Kecamatan Gondomanan, masjid ini menawarkan pengalaman spiritual yang tak terlupakan bagi para wisatawan.

Masjid Siti Djirzanah diresmikan pada Jum'at, 10 Agustus 2018 atau 28 Dzulqaidah 1439 Hijriyah. Namun, keunikan dan keistimewaan masjid ini tidak hanya terletak pada sejarahnya yang muda. Masjid ini memiliki kisah yang menarik dan arsitektur yang unik yang mencerminkan penggabungan antara kebudayaan Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.

Jadi, jika Anda ingin memperdalam pemahaman tentang keindahan spiritual dan warisan budaya yang ada di Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Masjid Siti Djirzanah. Saya akan mengajak Anda dalam perjalanan ini, mengungkap keunikan dan pesona yang membedakan masjid ini dari tempat ibadah lainnya di daerah tersebut. Siapkan diri Anda untuk mengalami perpaduan antara keindahan arsitektur, budaya, dan spiritualitas di dalam masjid ini. Bersiaplah untuk terpesona oleh keajaiban Masjid Siti Djirzanah di Kota Yogyakarta.

 

 

Sejarah dan Pemilik Masjid Siti Djirzanah

 

Masjid Siti Djirzanah memiliki sejarah yang menarik dan terkait erat dengan pemiliknya yang kini menjadi bagian dari sejarah Kota Yogyakarta. Berikut adalah beberapa poin penting terkait sejarah dan pemilik masjid ini:

 

  1. Pemilihan Bangunan:

    • Bangunan masjid awalnya merupakan sebuah toko.
    • Putra dan putri dari Siti Djirzanah, yaitu Herry Zudianto, Ellys Yudhiantie, dan Rudi Sastiawan, memutuskan untuk membeli dan mengubah bangunan tersebut menjadi masjid.
  2. Profil Pemilik:

    • Herry Zudianto adalah Wali Kota Yogyakarta yang menjabat dalam periode 2001-2006 dan 2006-2011.
    • Keputusan untuk membangun masjid ini merupakan amal jariyah sebagai penghormatan dan pengenangan terhadap almarhumah Siti Djirzanah.
  3. Tanggal peresmian:

    • Masjid Siti Djirzanah diresmikan pada Jum'at, 10 Agustus 2018 atau 28 Dzulqaidah 1439 Hijriyah.

 

Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid Siti Djirzanah telah menjadi simbol spiritualitas dan kebersamaan bagi umat Muslim di Yogyakarta. Keputusan untuk mengubah bangunan menjadi masjid dengan sentuhan arsitektur yang unik, merupakan dedikasi yang mengesankan dari pemiliknya.

Melalui inisiatif ini, mereka telah menciptakan sebuah tempat ibadah yang memadukan nilai-nilai keagamaan dengan keindahan arsitektur yang menakjubkan.

 

 

Gaya Arsitektur Unik Masjid Siti Djirzanah

 

Masjid Siti Djirzanah memperlihatkan gaya arsitektur yang unik, yang mencerminkan perpaduan budaya dari Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. Berikut adalah beberapa ciri khas dari gaya arsitektur yang membuat masjid ini begitu istimewa:

 

Pengaruh Gaya Arsitektur Tiongkok

 

Masjid Siti Djirzanah menghadirkan pengaruh yang kuat dari gaya arsitektur Tiongkok dalam desainnya. Beberapa elemen yang mencerminkan pengaruh ini antara lain:

 

a. Atap Melengkung: Salah satu ciri khas yang paling mencolok dari gaya arsitektur Tiongkok adalah atap melengkung. Di Masjid Siti Djirzanah, atap luar bangunan masjid dirancang dengan bentuk melengkung yang elegan. Atap-atap ini juga dihiasi dengan warna biru, merah, dan kuning yang menciptakan kontras yang indah dan memikat.

b. Kaligrafi Kufi: Kaligrafi kufi adalah seni penulisan huruf Arab dalam bentuk seni kaligrafi yang khas. Pada Masjid Siti Djirzanah, kaligrafi kufi digunakan sebagai elemen dekoratif di dinding dan pintu masjid. Lafaz Allah SWT yang indah dan bermakna ditulis dengan gaya kaligrafi yang khas, menghadirkan sentuhan seni yang unik dan menunjukkan pengaruh budaya Tiongkok.

c. Pintu dengan Ragam Hias: Pintu-pintu yang ada di masjid ini juga mencerminkan pengaruh gaya arsitektur Tiongkok. Pintu-pintu tersebut terbuat dari kayu berwarna cokelat alami, dengan bagian atas pintu yang dihiasi dengan ragam hias kaligrafi kufi berwarna hitam dan beraksen kuning. Pintu-pintu ini menambahkan keindahan dan kemegahan pada masjid, serta menciptakan suasana yang khas.

Pengaruh gaya arsitektur Tiongkok dalam Masjid Siti Djirzanah menciptakan keunikan dan daya tarik yang luar biasa. Gabungan antara atap melengkung, kaligrafi kufi, dan pintu dengan ragam hias menciptakan harmoni antara elemen budaya Tiongkok dengan nilai-nilai keagamaan dalam Islam. Pengunjung dapat merasakan nuansa yang khas dan mengagumkan, serta menikmati keindahan seni arsitektur yang mencerminkan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

 

Sentuhan Timur Tengah

 

Selain pengaruh gaya arsitektur Tiongkok, Masjid Siti Djirzanah juga menampilkan sentuhan dari budaya Timur Tengah dalam desainnya. Berikut adalah beberapa elemen yang mencerminkan pengaruh tersebut:

a. Kaligrafi Arab: Di dinding luar masjid, tertera nama masjid dalam bahasa Arab menggunakan kaligrafi yang indah. Huruf-huruf Arab yang elegan dan artistik memberikan sentuhan Timur Tengah yang khas pada masjid ini. Kaligrafi ini tidak hanya menjadi bagian dekoratif, tetapi juga mengandung makna dan keagungan dalam agama Islam.

b. Penataan Ruangan yang Terpisah: Masjid Siti Djirzanah memisahkan ruangan untuk salat jamaah perempuan dan laki-laki. Ruangan salat laki-laki berada di lantai atas, sedangkan ruangan salat perempuan berada di lantai bawah. Penataan ini mengikuti tradisi di banyak masjid di Timur Tengah, di mana jamaah perempuan dan laki-laki memiliki area yang terpisah untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk dan kenyamanan.

c. Nuansa Arab di Pintu Masuk: Pintu masuk masjid juga menghadirkan nuansa Arab dengan menggunakan bahan kaca yang dihiasi dengan kaligrafi kufi. Kaligrafi Arab yang terpampang di pintu masuk memberikan kesan yang anggun dan menggambarkan keindahan seni tulisan Arab yang telah menjadi bagian penting dari budaya Timur Tengah.

Dengan sentuhan Timur Tengah ini, Masjid Siti Djirzanah menciptakan atmosfer yang khas dan memberikan pengalaman spiritual yang mendalam. Pengunjung dapat merasakan kehadiran budaya Timur Tengah yang memperkaya dan menghormati nilai-nilai Islam. Kombinasi antara pengaruh Tiongkok dan Timur Tengah menghasilkan desain arsitektur yang unik dan menyatukan keindahan budaya yang berbeda dalam satu tempat ibadah yang indah.

 

Nuansa Eropa

 

Meskipun Masjid Siti Djirzanah dipengaruhi oleh gaya arsitektur Tiongkok dan Timur Tengah, namun tidak lupa untuk menambahkan sentuhan nuansa Eropa dalam desainnya. Berikut adalah beberapa elemen yang mencerminkan pengaruh Eropa pada masjid ini:

 

a. Lemari Tempat Menyimpan Mukena: Di dalam masjid, terdapat lemari tempat menyimpan mukena bagi jamaah yang ingin melaksanakan salat. Lemari ini terbuat dari kayu dengan cat berwarna putih yang khas dalam gaya arsitektur Eropa. Penampilan lemari yang bersih dan elegan memberikan sentuhan Eropa yang terasa di tengah lingkungan yang kaya dengan elemen budaya lainnya.

 

b. Jarak Antara Lantai dan Langit-langit yang Tinggi: Salah satu ciri khas arsitektur Eropa adalah langit-langit yang tinggi dan memberikan kesan ruangan yang lapang. Di Masjid Siti Djirzanah, terlihat jarak yang cukup besar antara lantai dan langit-langit ruangan utama tempat salat jamaah laki-laki. Hal ini menciptakan atmosfer yang terbuka, memberikan rasa keteduhan dan memberikan kesan kenyamanan yang khas dari arsitektur Eropa.

 

Pengaruh Eropa pada Masjid Siti Djirzanah menambahkan dimensi yang menarik pada desainnya. Nuansa Eropa yang terlihat melalui lemari mukena dan langit-langit yang tinggi memberikan sentuhan yang berbeda dalam harmoni dengan elemen budaya Tiongkok dan Timur Tengah. Hal ini menunjukkan keragaman budaya dan kesadaran untuk menggabungkan elemen-elemen yang unik untuk menciptakan sebuah tempat ibadah yang istimewa.

 

Dengan adanya sentuhan nuansa Eropa ini, Masjid Siti Djirzanah memberikan pengalaman yang menarik bagi pengunjungnya. Pengaruh Eropa menghadirkan keindahan estetika yang khas dan memperkaya pengalaman spiritual dalam lingkungan yang beragam dan harmonis.

 

 

Penataan dan Fasilitas dalam Masjid Siti Djirzanah

 

Masjid Siti Djirzanah memiliki prosedur khusus terkait alas kaki para jamaah yang masuk ke dalam masjid. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur tersebut:

 

  1. Membuka Alas Kaki:

    • Sebelum memasuki masjid, jamaah diwajibkan untuk membuka alas kaki yang mereka kenakan.
    • Alas kaki termasuk sepatu atau sandal harus dilepaskan sebelum memasuki area masjid.
    • Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjaga kebersihan dan kesucian area dalam masjid.
  2. Penggunaan Tas Kain:

    • Setelah membuka alas kaki, para jamaah akan diberikan tas kain berwarna biru oleh pengurus masjid.
    • Tas kain tersebut berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara bagi alas kaki jamaah.
    • Jamaah diminta untuk meletakkan alas kakinya ke dalam tas kain dengan hati-hati.
  3. Penyimpanan Alas Kaki:

    • Setelah alas kaki diletakkan dalam tas kain, jamaah dapat menempatkan tas tersebut di rak penyimpanan yang tersedia di samping kanan, kiri, atau bagian belakang ruangan dalam masjid.
    • Rak penyimpanan tersebut disediakan agar alas kaki para jamaah tetap terorganisir dan tidak mengganggu kelancaran ibadah.

 

Prosedur ini diterapkan dalam rangka menjaga kebersihan dan kesucian area dalam masjid. Dengan melepas alas kaki dan menyimpannya dengan baik, masjid dapat tetap menjadi tempat yang bersih, nyaman, dan suci untuk ibadah. Jamaah juga dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar saat berada di dalam masjid.

 

Setelah mengeksplorasi Masjid Siti Djirzanah di Kota Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa masjid ini menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung. Dengan gaya arsitektur yang kental dengan nuansa Tiongkok, sentuhan Timur Tengah, dan ciri khas Eropa, masjid ini memadukan keberagaman budaya dalam desainnya. Beberapa poin penting yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari penjelajahan ini adalah:

 

  • Masjid Siti Djirzanah adalah masjid yang terletak di kawasan Malioboro, Yogyakarta, dan memiliki lokasi yang strategis untuk para pengunjung.
  • Bangunan masjid ini awalnya merupakan sebuah toko yang kemudian diubah menjadi masjid oleh putra dan putri dari Siti Djirzanah.
  • Gaya arsitektur masjid ini mencerminkan pengaruh Tiongkok melalui atap melengkung berwarna biru, merah, dan kuning.
  • Terdapat nuansa Timur Tengah dalam desain masjid melalui penggunaan kaligrafi kufi dan ruangan terpisah untuk salat jamaah perempuan dan laki-laki.
  • Ciri khas Eropa tercermin dalam elemen seperti langit-langit berbentuk geometri dan lemari berbahan kayu dengan cat berwarna putih.
  • Pemilihan bangunan bekas toko sebagai masjid memiliki makna sejarah dan mengenang jasa almarhumah Siti Djirzanah.
  • Masjid Siti Djirzanah memiliki fasilitas yang memadai, termasuk penataan ruangan yang memperhatikan kenyamanan para jamaah.
  • Prosedur alas kaki yang diterapkan di masjid ini menunjukkan rasa hormat dan kebersihan yang dijunjung tinggi.
  • Nuansa Negeri Tirai Bambu dan ciri khas Eropa memberikan sentuhan budaya yang kaya pada masjid ini.
  • Pengaruh gaya arsitektur Tiongkok, sentuhan Timur Tengah, dan ciri khas Eropa menjadikan Masjid Siti Djirzanah sebagai tempat ibadah yang unik dan istimewa.
  • Tanggal peresmian masjid pada tanggal 10 Agustus 2018 menjadi momen bersejarah yang memperkuat nilai keagamaan dan persatuan.

Dengan segala keunikan dan keistimewaannya, Masjid Siti Djirzanah merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi bagi para pengunjung yang ingin merasakan keagungan arsitektur dan keindahan budaya yang dipadukan dalam sebuah tempat ibadah.