Resensi Buku Desain, Bandung, dan Budaya Sunda : Semuanya Berpijak pada Kearifan Lokal

Judul Buku : Desain, Bandung, dan Budaya Sunda
Penulis : Jamaludin
Jumlah Halaman : 228 Halaman
Penerbit : Kiblat Buku Utama
Cetakan : I, November 2017
ISBN : 978-979-8004-07-0
Buku Desain, Bandung, dan Budaya Sunda karya Jamaludin, membeberkan tentang desain secara global dan Sunda yang hadir di Bandung.
Satu persatu, penulis mengulasnya hingga akhirnya menjadi desain yang hadir di Bandung saat ini. Di mana titik tolak dari desain global maupun lokal, semuanya berpijak pada kearifan lokal.
Baca juga :
- Resensi Buku Kembali ke Kampung Adat, Solusi Menuju Papua...
- Buku Art and Levitation, Seni tidak Terbatas Ruang
Desain Modern dan Tradisional
Dalam desain modern, salah satu pendekatan desain terhadap mebel dan interior yang relatif bertahan hingga kini, populer dengan sebutan minimalis.
Gagasan ini sebenarnya telah dirintis sejak akhir abad ke-19, antara lain terlihat pada gerakan estetika de Stijl di Belanda dan sekolah Bauhaus, Jerman, pada 1920-an.
Minimalis berhubungan dengan jumlah sedikit, yang dalam estetika modern berarti cukup.
Jika desain masa lalu meriah dengan segala hiasan, dekorasi atau ornamen, maka dalam desain modern semua hiasan itu dianggap ilegal.
Dari segi bentuk, desain modern yang rasional menitipkan gagasan pada garis yang lurus-lurus saja.
Salah satunya desain dapat dibuat dalam bentuk segi empat atau kotak dengan kontruksi penggabungan dari beberapa garis lurus.
Interior yang dilengkapi dengan mebel modern minimalis menciptakan suasana lega dan lapang.
Konon, ruang bergaya minimalis dapat menjadi terapi jiwa bagi penghuninya (Halaman 28-31).
Baca juga :
Untuk desain tradisional Sunda, setiap material yang dipakai memiliki karakteristik khas sehingga memerlukan alat khusus.
Termasuk yang juga khas untuk mengolahnya melalui pembuatan dan pemasangan tertentu, sesuai dengan sifat material dan kemampuan alat.
Sifat material dan jenis bambu, misalnya, disesuaikan dengan sifat khas bambu tersebut.
Bambu bersifat lentur sehingga dapat bertahan terhadap pengaruh getaran gempa bumi (Halaman 156).
Begitupun dengan produk seni tradisional, termasuk desain atau kriya dalam bentuk perabotan, selalu memiliki kaitan makna dengan kosmos atau alam yang lebih luas.
Perabotan dibuat selain dengan bentuk yang memenuhi aspek utilitas juga dengan bentuk yang memiliki makna kosmologis.
Contohnya wadah padi atau beras seperti nyiru (alat penampi gabah) berbentuk bulat.
Aseupan (kukusan) berbentuk kerucut memiliki bentuk garis luar segitiga berbentuk susunan lingkaran dari kecil hingga besar.
Sedangkan boboko (bakul) terdiri dari susunan bentuk segi empat pada bagian dasar (soko), yang secara perlahan berubah jadi lingkaran pada bagian tengah menuju bentuk lingkaran sempurna di bagian atas. (*/Golali.com)